Bersyukur, Hidup Di Indonesia
Bersyukur, Hidup Di Indonesia
Tuhkan udah di tanggal 14 aja. Beberapa hari saya lelah dan tidak teratur tidurnya, alhasil beberapa pekerjaan jadi amburadul. Tadi malam, malah saya baru tidur subuh hohoho. Gimana kabarnya manteman? Sehat ya, soalnya banyak terserang penyakit, jangan lupa minum vitamin, dan tidur, minum air putih juga ya satu galon.
Pagi ini, saya sudah di rumah (emang kemarin di mana?). Saya kemarin harus bolak-balik RS, syukurnya kakek sudah boleh pulang fufufu saya kemarin denger dokternya bilang boleh pulang mau sorak sorak teriak tapi yang lain cuma kalem sambil bernapas lega, akhirnya saya cuma nempel tembok ngadem sambil hore-hore sendirian dalam hati hahaha (takut dikata cucu yang kurang ajar hahaha).
Beberapa hari yang lalu, saya menulis tentang bersyukur (mana? ADA, makanya berseluncur toh ke postingan saya. Saya cantumin di sini deh). Pagi ini, temanya apa yang membuat saya bersyukur tinggal di Indonesia? Banyak sih, tadi udah saya rangkum pas saya mandi hahaha. Okey, saya tulis nih ya beberapa hal yang membuat saya bersyukur hidup di Indonesia.
1. Budaya
Cinta banget dengan budaya tanah air saya. Saya dari dulu suka sekali dengan kebudayaan, apa pun itu. Keluarga saya kebetulan masih begitu kental dengan adat istiadat. Saya suka cerita rakyat dari Sabang sampai Merauke, saya juga selalu tertarik dengan legenda-legenda tanah Jawa (karena keluarga saya berdarah Jawa). selalu bangga untuk mengenalkan warisan nenek moyang.
Meskipun saya terlihat tidak feminim, percayalah saya buanyak punya baju kebaya, dari yang jadul sampai modern bahkan kadang minta kebaya buyut. Nah, kalau sudah pakai kebaya, sudah bertransformasi seperti anak gadis kok tenang gak kelah juga sama gadis-gadis yang lainnya hahaha meskipun rambut saya pendek (banget? IYA, pendek banget). kalau sudah pakai giwang dan aksesoris lain, insha Allah juga kelitan ma-manis kok kek Srikandi versi bondol (keknya sih pfttttt!).
2. Kuliner Nusantara
Cinta lagi sama tanah kelahiran saya. Jujur, saya food traveller (I like eat, I like food). Memang jarang shopping barang, tapi kalau jajan kuliner, jangan ditanya. Hampir semua kuliner nusantara Indonesia saya suka. Mulai dari masakannya, minumannya, hingga kuenya. Kalau di tempat saya nyebut kue basah tuh ‘Wadai’, orang Banjar suka bilang gitu. Saya sering lihat banyak wadai-wadai di pasar terapung (floating market), tapi saya belum sempat naik perahu nyebutnya jukung atau klotok.
Bakal habis uang banyak kalau berkuliner pokoknya. Dan, lagi-lagi saya selalu berbinar-binar (anaknya suka banget terkagum-kagum sama hal kecil).
3. Penuh Pariwisata
Indonesia tuh banyak banget pariwisata yang disuguhkan, termasuk alamnya. Saya lebih suka alam, tapi gak terlalu main di pantai (loh? Iya kulit saya mudah terbakar), (kalau ke gunung?) belum sih, tapi takut juga. Saya anaknya lempohan, capek, jadi saya suka yang aman-aman saja kekeke mama juga gak bolehin naik gunung. Tapi jujur, Indonesia kalau menurut saya seperti jantung alam, saking banyaknya yang bisa diekspos keindahan alamnya. Bahkan, di Kalimantan Selatan (*tempat saya), hutannya buanyak, anak sungainya juga buanyak, bukit, pantai ada, rawa, danau pun ada (banyak adanya daripada gak adanya fufufu).
Flora fauna masih mudah dilihat (contohnya apa mbak? Contohnya anaconda, buaya muara, ada juga buaya putih (beberapa masyarakat memiliki kepercayaan nenek moyangnya, bahwa buaya menjadi salah satu hewan yang sakral di sini. Biasanya sebutannya ‘datuk’) begitcu yaaa. Jadi gak perlu kaget kalau tiba-tiba lagi makan ada bekantan, yaaa begitu hidupnya masih bersampingan dengan alam (sudah seperti dunia Harry Potter), plus magisnya masih ulala ya. Nah itu juga jadi pariwisata tersendiri biasanya kekeke.
4. Ramah
Ini sih yang terkenal ke mancanegara, Indonesia tuh banyak orang ramahnya. Saya jadi inget selama hidup di Yogya, saya banyak dapat culture shock, di Yogya, orang-orangnya kebanyakan yang saya temui baik dan tutur katanya sopan, lembut. Saya suka nih yang begini, rasanya semua mau saya sama ratain lovelang-nya words of affirmation (huahahah).
Di kampus juga, padahal banyak berbagai daerah, tapi semuanya baik-baik banget, ramah-ramah (modus itu mbak). gak tahu ya, yang penting baik aja di mata saya haha. Kalau ditanya gak ngegas, terus juga kalau kasih jawaban sambil senyum (curiga, ini pasti mas-mas kan?) hehehe mbak-mbak juga ramah kok. Kebetulan aja dapetnya kaum Adam. Yaaa, pokoknya di Yogya selama saya tinggal baik semua, meskipun juga ada yang nakal dan iseng yaaa, karena saya terlalu polosnya dan kelihatan bukan penduduk lokal. Tapi, semua aman.
5. Satu Bahasa Ibu
Ini yang paling terpenting. Meskipun berbeda ras, suku, dan yang lainnya, bahasa ibu paling penolong hahaha. Bahasa Indonesia bisa menyingkirkan semua perbedaan itu, sebagai anak Indonesia (asiqqq), saya lebih suka memakai bahasa Indonesia untuk keseharian.
Di Yogya juga saya pakai bahasa Indonesia (yang baku? Ummm, kadang. Soalnya mbak sepupu sering bahasa baku), yang kalau ngomong begini “Bagaimana, apakah sudah makan hari ini bayi?” (Bayi itu panggilan mbak sepupu buat adik-adiknya termasuk saya. Sebesar ini masih dipanggil bayi hmmmm!). atau kadang ngomongnya begini “Tidak pun, bagaimana bisa begitu? Itu tidak baik.” HAHAHA! Akhirnya keikut saya begitu meskipun jarang kalau sama teman-teman. Tapi kalau sudah kumpul, yaaa tiba-tiba udah KBBI semua.
(*Saya tiap malam, tiap pagi, siang, sore juga gini bentukannya, seperti mas gula)
Sekian hari ini. Mau tidur lagi, tapi gak, mustahil bisa tidur. Masih harus ada yang diselesaikan sebelum senin menyapa hiks saddd. Sampai jumpa besok.
Sincerely with love,
RB. Senandika
Have a wonderful Sunday, kak..
BalasHapusThankz, you too kak
Hapusbangga sekali jadi orang indonesia kita tuh
BalasHapussangat!
HapusSemoga saya jadi ke Yogyakarta
BalasHapusWelcome to Yogyakarta, kota pelajar kak .
HapusYuhuuu ayuk Kakk keliling indonesia
BalasHapusLet'sss goooooooooooo!
Hapusyuk sini balik ke Jogja lagi, kak
BalasHapusnah itu menunggu waktu senggang hehehe
Hapus